Kebudayaan

 1. Pengantin Mojoputri
Sebagai kekayaan budaya masyarakat Mojokerto tata rias pengantin Mojoputri diangkat dari bukti hasil penelitian-penelitian sejarah. Busana pengantin Mojoputri yang merupakan hasil alkuturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang menyolok tata rias pengantin Mojoputri yang mengikuti corak dandanan jaman Majapahi, jaman kebesaran Islam Demak-Mataran dan jaman penjajahan Belanda. Busana pengantin Mojoputri biasanya dikenakan oleh masyarakat Mojokerto yang melangsungkan suatu pernikahan.Sebagai kekayaan budaya masyarakat Mojokerto tata rias pengantin Mojoputri diangkat dari bukti hasil penelitian-penelitian sejarah. Busana pengantin Mojoputri yang merupakan hasil alkuturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang menyolok tata rias pengantin Mojoputri yang mengikuti corak dandanan jaman Majapahi, jaman kebesaran Islam Demak-Mataran dan jaman penjajahan Belanda. Busana pengantin Mojoputri biasanya dikenakan oleh masyarakat Mojokerto yang melangsungkan suatu pernikahan. Buat anda pasangan muda yang akan melangsungkan pernikahan tidak ada salahnya menggunakan busana penganting Mojoputri ini siapa tahu lebih keren dan ikut melestarikan budaya ala kerajaan Majapahit.

2. Bantengan
Kesenian rakyat Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet tepatnya di desa Made yang dahulunya merupakan desa yang berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon kawasan hutan tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk diantaranya Banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat itu, seorang penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki hutan dan mendapatkan seonggok kerangka Banteng yang masih lengkap. Kerangka Banteng itu dengan susah payah dibawah pulang dan dibersihkan kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya. Dari kejadian itu Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah atraksi Atraksi itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan dan 1orang dibelakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan - gerakan dan sikap banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi dengan musik terbang dan jidor. Dalam atraksi ditampilkan banteng sedang berlaga dengan satwa lain seperti harimau, kera dab burung bahkan mulai dikembangkan dengan kesenian pencak silat dan barongsai.


3.Peninggalan Ujung Majapahit
Pada masa R.Wijaya membuka (babat) hutan tarik yang kemudian hari bakal menjadi pusat Kerajaan Majapahit bersama pendukungnya mengalami berbagai kesulitan hambatan dan perlawanan dari para danyang,jin,peri,perayangan untuk menambah kekuatan fisik dan mental spiritual, R. Wijaya memberikan bekal jaya kawijayan/kesaktian menggunakan senjata Sodo Lanang. Atraksi kesenian ujung diadakan pada saat hari baik tatkala bulan purnama ditempat khusus seperti tanah lapang,muka balai desa,muka pendopo Agung dan candi-candi peninggalan Majapahit. Kesenian Ujung perkembangannya sekarang menampilkan bentuk kreatif antara lain dengan menggunakan alat-alat pukul "Sodo Lanang" dalam ukuran gede ditambah dengan penampilan sehingga seperti reog/jahilan,Warog Ponorogo,lawak lokal dan tampilan penari-penari cantik sehingga semakin memukau yang menyaksikan.

4. Ujung
Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai visualisasi perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi kesenian ujung, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk satu sama lain menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai bercucuran darah. Rotan adalah simbol senjata "Sodo Lanang" yang digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara Tar-tar.

5. Ludruk
Ludruk termasuk seni teater tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat Mojokerto. Untuk menarik para penggemar seni teater ludruk pada pegelarannya sudah mulai dikembangkan dan banyak kreasi baru. Penampilan yang lebih segar memberikan pesona tersendiri bagi penggemarnya. Kesenian ludruk terdapat di sekitar Kecamatan Kemlagi dan Jetis.

6. Kuda Lumping
Kesenian Kuda Lumping adalah gambaran dari sebuah refleksi proses kehidupan sosial masyarakat, dalam keberadaan dan perkembangannya di wilayah Kabupaten Mojokerto cukup positif. Kesenian ini berlokasi disekitar Dsn. Kaligoro Ds. Kaligoro Kutorejo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar